Minggu, 04 Mei 2014

Makalah Logam Alkali


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Unsur – unsur golongan IA terdiri dari hidrogen (H), natrium (Na), kalium(K), rubidium (Rb), sesium (Cs) dan fransium (Fr). Kecuali hidrogen semua unsur – unsur dalam golongan ini lebih dikenal dengan istilah Logam Alkali. Dinamakan logam karena memiliki sifat – sifat logam seperti mempunyai permukaan mengkilap serta mempunyai daya hantar panas dan listrik yang baik. Disebut alkali karena bereaksi dengan air dan membentuk senyawa hidroksida yang bersifat alkali atau basa. Hidrogen termasuk nonlogam walaupun dengan alkali sama-sama memiliki satu elektron pada kulit terluarnya. Berdasarkan konfigurasi elektron diketahui semua unsur alkali memiliki 1 elektron yang terletak pada kulit terluar. Persamaan ini menyebabkan unsur-unsur alkali memiliki sifat kimia yang mirip.Walaupun memiliki sifat yang mirip tetapi unsur-unsur alkali keberadaan di alam tidak bersama-sama. Hal ini disebabkan oleh ukuran-ukuran ion alkali yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya.
Fransium jarang dipelajari sebagai salah satu anggota unsur Golongan IA, sebab Fransium adalah unsur radioaktif yang tidak stabil dan cenderung meluruh membentuk unsur baru lainnya. Dari konfigurasi elektron unsur, masing-masing memiliki satu elektron valensi . Dengan demikian, unsur Alkali cenderung membentuk ion positif bermuatan satu (M+). Secara


umum, unsur Alkali memiliki titik leleh yang cukup rendah dan lunak, sehingga logam Alkali dapat diiris dengan pisau. Unsur Alkali sangat reaktif, sebab mudah melepaskan elektron agar mencapai kestabilan (konfigurasi elektron ion Alkali menyerupai konfigurasi elektron Gas Mulia). Dengan demikian, unsur Alkali jarang ditemukan bebas di alam. Unsur Alkali sering dijumpai dalam bentuk senyawanya. Unsur Alkali umumnya bereaksi dengan unsur lain membentuk senyawa halida, sulfat, karbonat, dan silikat. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dipelajari tentang kelimpahan, cara isolasi, reaktivitas, senyawaan dan reaksinya dengan unsur lain, dan jenis ikatan yang terbentuk pada logam alkali.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana kelimpahan unsur-unsur alkali di alam?
2.      Bagaimana cara isolasi unsur-unsur alkali?
3.      Bagaimana sifat fisik dan reaktifitas unsur-unsur logam alkali?
4.      Bagaimana senyawaan dan reaksi unsur-unsur alkali dengan unsur lain?
5.      Bagaimana jenis ikatan yang terbentuk pada unsur-unsur alkali?
1.3         Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengetahui :
1.      Kelimpahan unsur-unsur alkali di alam
2.      Cara isolasi unsur-unsur alkali
3.      Sifat fisik dan sifat kimia unsur-unsur logam alkali
4.      Senyawaan dan reaksi unsur-unsur alkali dengan unsur lain
5.      Jenis ikatan yang terbentuk pada unsur-unsur alkali



BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Kelimpahan Unsur-unsur Alkali di Alam
          Sumber utama logam alkali adalah air laut. Air laut merupakan larutan garam-garam alkali dan alkali tanah dengan NaCl sebagai zat terlarut utamanya. Jika air laut diuapkan, garam-garam yang terlarut akan membentuk kristal.
A.  Litium (Li)

Litium adalah suatu unsur  kimia dalam table periodik yang memiliki nomor atom 3 yang termasuk dalam kelompok golongan alkali berwarna perak. Pada keadaan standar litium merupakan logam paling kecil, litium sama seperti logam alkali lainnya sangant reaktif dan terkorosi dengan cepat dan dapat menjadi lembab di udara yang lembab, sehingga penyimpanan litium diletakkan didalam wadah yang berisi minyak anhidrat.
Berdasarkan teorinya litium merupakan salah satu dari sedikit unsure yang disintesis dalam kejadian dentuman besar tetapi kelimphana pada saat ini sudah jauh berkurang. Litium merupakan unsure ke-33 yang melimpah dibumi, tetapi karena reaktivitasnya sangat tinggi membuat unsure ini hanya dapat ditemukan dalam keadaan bersenyawaan dengan unsure lain. Litium ditemukan dibeberapa mineral pegmatite, namun dapat juga ditemukan di air asin atau tanah merah. Pada skala komersial,


logam litium didapatkan dengan elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium kloria.
Litium berbentuk padatan dengan densitas setengah dari densitas air, dengan demikian litium menjadi logan dengan densitas paling kecil diantar logam yang lain. Pada permukaan litium apabila dipotong memiliki warna keperakan dan akan berubah warna menjadi abu-abu apabila terkena udara. Logam litium larut dalam senyawaan alifatik amina berantai pendek akan tetapi logam ini tidak larut dalam hodrokarbon. Litium memiliki isotop 4Li, 5Li, 6Li, 7Li, 8Li, 9Li, 10Li, 11Li.
B.   Natrium (Na)
Natrium melimpah di litosfer, natrium banyak ditemukan di bintang-bintang. Garis D pada spektrum matahari sangat jelas. Natrium juga merupakan elemen terbanyak keempat di bumi (setelah Aluminium, Besi (Fe), dan Kalsium), terkandung sebanyak 2.6% di kerak bumi. Unsur ini merupakan unsur terbanyak dalam golongan logam alkali.
C.  Kalium (K)
Logam ini merupakan logam ketujuh paling banyak sekitar 1,5 % menutupi kerak bumi. Kebanyakan mineral kalium tidak terlarut dalam air dan unsur kalium sangat sulit diambil dari mineral-mineral tersebut. Mineral-mineral tertentu, seperti sylvite, carnalite, langbeinite, dan polyhalite ditemukan di danau purba dan dasar laut yang membentuk deposit dimana kalium dan garam-garamnya dengan mudah dapat diambil. Kalium ditambang di Jerman, negara bagian-negara bagian New Mexico, California, dan Utah. Deposit besar yang ditemukan pada kedalaman 3000 kaki di Saskatchewan, Kanada diharapkan menjadi tambang penting di tahun-tahun depan. Kalium juga ditemukan di samudra, tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit ketimbang natrium.
Dalam tumbuh-tumbuhan, kalium banyak terkandung sebagai garam oksalat dan tatrat. Jika tumbuh-tumbuhan diperabukan, kita memperoleh K2CO3. Sebagai unsur-unsur alkali yang paling banyak dijumpai di alam, tidak aneh jika unsur kalium ikut berperan dalam metabolisme pada tubuh makhluk hidup. Pada tubuh man usia dan hewan, ion dan K+ berperan dalam menghantarkan konduksi saraf, serta dalam memelihara keseimbangan osmosis dan pH darah. Pada tumbuh-tumbuhan, ion K+ jauh lebih penting dari pada ion Na+, sebab ion K+ merupakan zat esensial untuk pertumbuhan.
D.  Rubidium (Rb)
Rubidium ternyata ditemukan lebih banyak dari yang diperkirakan beberapa tahun lalu. Rubidium dianggap sebagai elemen ke-16 yang paling banyak ditemukan di kerak bumi. Rubidium ada di pollucite, leucite dan zinnwaldite, yang terkandung sekitar 1% dan dalam bentuk oksida. Ia ditemukan di lepidolite sebanyak 1.5% dan diproduksi secara komersil dari bahan ini. Mineral-mineral Kalium, seperti yang ditemukan pada danau Searles, California, dan Kalium Klorida yang diambil dari air asin di Michigan juga mengandung Rubidium dan sukses diproduksi secara komersil. Unsur ini juga ditemukan bersamaan dengan Cesium di dalam deposit pollucite di danau Bernic, Manitoba.
E.  Cesium (Cs)
Cesium merupakan logam alkali yang terdapat di lepidolite, pollucte (silikat aluminum dan Sesium basah) dan di sumber-sumber lainnya. Salah satu sumber terkaya yang mengandung Sesium terdapat di danau Bernic di Manitoba, Kanada. Deposit di danau tersebut diperkirakan mengandung 300.000 ton pollucite yang mengandung 20% Cesium. Unsur ini juga dapat diisolasi dengan cara elektrolisis fusi sianida dan dengan beberapa metoda lainnya. Cesium murni yang bebas gas dapat dipersiapkan dengan cara dekomposisi panas Cesium azida.

Unsur
Persen di kerak bumi
Keberadaan di alam
Litium
0,0007% di bebatuan beku
Dalam spodune LiAl(SiO3)2.
Natrium
2,8%
Dalam garam batu NaCl, senyawa Chili NaNO3, Karnalit KMgCl3.6H2O, trona Na5(CO3)2.(HCO3).2H20, dan air laut
Kalium
2,6%
Dalam silvit (KCl), garam petre KNO3, dan karnalit KCl.MgCl2.6H2O
Rubidium
0,0078%
Dalam lepidolit
Sesium
0,0003%

Dalam polusit (Cs4Al4Si9O26)
Fransium
Sangat sedikit
Berasal dari peluruhan aktinium (Ac). Bersifat radioaktif dengan waktu paro 21.8 menit

2.2         Cara Isolasi/Pembuatan Unsur-Unsur Golongan Alkali (I A)
a.    Ekstraksi Logam Alkali
Logam-logam alkali sangat stabil terhadap pemanasan, sehingga logam-logam alkali tidak dapat diperoleh dari oksidanya melalui proses pemanasan. Logam alkali tidak dapat dihasilkan dengan mereduksi oksidanya, hal ini disebabkan logam-logam alkali merupakan pereduksi yang kuat.
Keberadaan natrium dan kalium telah dikenali sejak lama, namun untuk mereduksi logam-logam alkali dalam air tidak dapat dilakukan karena logam-logam alkali dapat bereaksi dengan air membentuk basa kuat. Pada abad ke-19 H. Davy akahirnya dapat mengisolasi natrium dan kalium dengan melakukan elektrolisis terhadap lelehan garam KOH atau NaOH.  Dengan metode yang sama Davy berhasil mengisolasi Li dari Li2O. Kemudian Rb dan Cs ditemukan sebagai unsur baru dengan teknik spektroskopi pada tahun 1860-1861 oleh Bunsen dan Kirchhoff. Sedangkan fransium ditemukan oleh Perey dengan menggunakan teknik radiokimia tahun 1939.
Semua logam alkali hanya dapat diisolasi dari leburan garam halidanya melalui proses elektrolisis. Garam-garam halida mempunyai titik lebur yang sangat tinggi, oleh karena itu umumnya ditambahkan garam halida yang lain untuk menurunkan titik lebur garam halidanya.

b.   Cara Isolasi/Pembuatan Unsur Hidrogen (H)
·       Pembuatan Hidrogen dari Hidrokarbon
Hidrogen dapat dibuat dari gas alam dengan tingkat efisiensi sekitar 80% tergantung dari jenis hidrokarbon yang dipakai. Pembuatan hydrogen dari hidrokarbon menghasilkan gas CO2, sehingga CO2 ini dalam prosesnya dapat dipisahkan. Produksi komersial hydrogen menggunakan proses “steam reforming” menggunakan methanol atau gas alam dan menghasilkan apa yang disebut sebagai “syngas” yaitu campuran gas H2 dan CO.
CH4  +  H2O → 3H2 + CO     + 191,7 kJ/mol
Panas yang dibutuhkan oleh reaksi diperoleh dari pembakaran beberapa bagian methane. Penambahan hasil hydrogen dapat diperoleh dengan menambahkan uap air kedalam gas hasil reaksi yang dialirkan dalam reactor bersuhu 130 C.
CO  + H2O → CO2  + H2       – 40,4 kJ/mol
Reaksi yang terjadi adalah pengabilan oksigen dari molekul air ke CO untuk menjadi CO2. Reaksi ini menghasilkan panas yang dapat dipakai untuk menjaga suhu reaktor.

·       Pembuatan Hidrogen dari air Melalui elektrolisis
Hidrogen dapat dibuat dari proses elektrolisis air dengan menggunakan suplai energi yang dapat diperbaharui misalnya angin, hydropower, atau turbin. Dengan cara elektrolisis maka produksi yang dijalankan tidak akan menghasilkan polusi. Proses elektrolisis menjadi salah satu proses yang memiliki nilai ekonomi yang murah dibandingkan dengan menggunakan bahan baku hidrokarbon. Salah satu teknik elektrolisis yang mendapatkan perhatian cukup tinggi adalah “elektrolisis dengan menggunakan tekanan tinggi” dalam teknik ini elektrolisis dijalankan untuk menghasilkan gas hidrogen dan oksigen dengan tekanan sekitar 120-200 Bar. Teknik lain adalah dengan dengan menggunakan “elektrolisis temperatur tinggi” dengan teknik ini konsumsi energi untuk proses elektrolisis sangat rendah sehingga bisa meningkatkan efisiensi hingga 50%. Proses elektrolisis dengan menggunakan metode ini biasanya digabungkan dengan instalasi reaktor nuklir disebabkan karena bila menggunakan sumber panas yang lain maka tidak akan bisa menutup biaya peralatan yang tergolong cukup mahal.

·       Pembuatan hidrogen melalui proses biologi
Beberapa macam alga dapat menghasilkan gas hidrogen sebagai akibat proses metabolismenya. Produksi secara biologi ini dapat dilakukan dalam bioreaktor yang mensuplai kebutuhan alga seperti hidrokarbon dan dari hasil reaksi menghasilkan H2 dan CO2 Dengan menggunakan metode tertentu CO2 dapat dipisahkan sehingga kita hanya mendapatkan gas H2 nya saja.

·       Dekomposisi air dengan gelombang radio
Dengan menggunakan gelombang radio maka kita dapat menghasilkan hidrogen dari air laut dengan dasar proses dekomposisi. Jika air ini diekspos dengan sinar terpolarisasi dengan frekuensi 13,56 MHz pada suhu kamar maka air laut dengan konsentrasi NaCl antara 1-30% dapat terdekomposisi menjadi hydrogen dan oksigen.

·       Termokimia
Terdapat lebih dari 352 proses termokimia yang dapat dipakai untuk proses splitting atau termolisis dengan cara ini kita tidak membutuhkan arus listrik akan tetapi hanya sumber panas. Beberapa proses termokimia ini adalah CeO2/Ce2O3, Fe3O4/FeO, S-I, Ce-Cl, Fe,Cl dan lainnya. Reaski yang terjdi pada proses ini adalah:
2H2O → 2H2 + O2

c.    Isolasi Litium
Karena atom logam alkali mudah dioksidasi menjadi ion logam, maka proses kebalikannya yaitu reduksi ion logam menjadi logam bebas, sulit dilakukan secara kimia. Metode pokok pengadaan Litium mencakup elektrolisis garam cair, biasanya dari flouridanya. Contohnya,
2LiF(l)   elektrolisis    2Li(l)  + F2(g) 

Mineral Spadymene (LiAl(SiO3)2) merupakan mineral paling penting yang mengndung litium. Bentuk α pertama kali diubah menjadi bentuk β lunak melalui sekitar 1100° dan dicampur dengan asam sulfat panas dan diekstrak ke dalam air untuk membentuk larutan litium sulfat (LiSO4). Sulfat dicuci dengan natrium karbonat (Na2CO3) untuk membentuk endapan secara realtif dengan litium karbonat (Li2CO3) yang tidak terlarut.
Li2SO4 + Na2CO3              Na2SO4 + LiCO3(s)
Berikut adalah reaksi antara litium karbonat dengan HCl sehingga membentuk litium klorida (LiCl)
Li2CO3 + 2HCl              2LiCl + CO2 + H2O
Litium klorida memiliki titik leleh yang tinggi (>6000°) sehingga sulit untuk meleleh untuk dielektrolisis. Walaupun campuran LiCl (55%) dan KCl(45%) dapat meleleh pada 430°C dan dibutuhkan energy yang rendah untuk elektrolisis.

d.   Isolasi Natrium
Natrium dapat diperoleh dari elektrolisis leburan NaCl dengan menambahkan CaCl2 menggunakan proses downs cell. Penambahan CaCl2 bertujuan menurunkan titih leleh NaCl dari 801ºC menjadi 580 ºC. Proses ini dilakukan dalam sel silinder meggunakan anoda dari grafit dan katoda dari besi atau tembaga. Selama proses elektrolisis berlangsung, ion-ion Na+ bergerak menuju katoda kemudian mengendap dan menempel pada katoda, sedangkan ion Cl‾ membentuk gas Cl2 pada anoda. Metode pokok pengadaan Na mencakup elektrolisis garam cair, biasanya dari kloridanya. Contohnya
2NaCl(l)    elektrolisis  2 Na(l) + Cl2(g)
Metoda ini lebih murah ketimbang mengelektrolisis Natrium Hidroksida, seperti yang pernah digunakan beberapa tahun lalu. Terdapat sejumlah besar kandungan garam batuan  NaCl yang dihasilkan dari penguapan air laut dalam jangka waktu geologis. Proses penguapan yang masih berlangsung saat ini contohnya seperti danau garam besar di Utah dan laut mati.
e.    Isolasi Kalium
Kalium tidak akan dibuat secara normal di laboratorium sebagai bahan komersial yang siap guna. Semua sintesis memerlukan tahap elektrolitik dan sangat sulit untuk ditambahkan electron pada ion K+ yang rendah elektronegativitasnya. Kalium tidak dibuat sama seperti natrium. Ini karena logam kalium, dibentuk sekali dengan elektrolisis dari cairan kalium klorida (KCl) dimana sangat larut pada bentuk garamnya
Katoda                      :           K+(l) + e- → K (l)
Anoda                       :           Cl-(l) → 1/2Cl2 (g) + e-

Reaksi antara logam natrium dengan logam kalium klorida terjadi pada 850OC
Na + KCl K + NaCl
Reaksi ini berada dalam kesetimbangan karena K mudah menguap maka K dapat dikeluarkan dari sistem. Dan kesetimbangan akan tergeser ke kanan untuk memproduksi K.
f.     Isolasi Rubidium dan Cesium
Rubidium, dan Cesium tidak dapat diperoleh dengan proses elektrolis karena logam-logam yang terbentuk pada anoda akan segera larut kembali dalam larutan garam yang digunakan. Oleh sebab itu untuk memperoleh rubidium, dan sesium dilakukan melalui metode reduksi.
Isolasi untuk golongan logam alkali secara umum dapat dilakukan dengan elektrolisis. Dalam laboratorium cesium dapat dibuat melalui proses elektrolisis ekstrak mineral dalam bentuk sianida (cianyde) atau melalui pemanasan hidroksida atau karbonat magnesium atau aluminium. Unsur ini juga dapat diisolasi dengan cara elektrolisis fusi sianida dan dengan beberapa metoda lainnya. Sesium murni yang bebas gas dapat dipersiapkan dengan cara dekomposisi panas Sesium azida

2.3         Sifat Fisis dan Sifat Kimia
a. Sifat fisis
Sifat
Litium
Natrium
Kalium
Rubidium
Sesium
Nomor Atom
3
11
19
37
55
Jari-jari atom
1,52
1,86
2,31
2,44
2,62
Titik didih
1342
883
760
686
669
Titik leleh
181
96
63
39
29
Rapatan, g/cm 3
0,53
0,97
0,86
1,53
1,88
Energi pengionan
(pertama), kJ/mol
520
496
419
403
376
(kedua), kJ/mol
7298
4562
3051
2632
2420
Keelektronegatifan
1,0
0,9
0,8
0,8
0,7
Kekerasan (skala Mohs) A
0,6
0,4
0,5
0,3
0,3
Warna nyala
merah-tua
kuning
ungu
merah-biru
biru

b. Sifat Kimia
Logam alkali merupakan logam yang paling reaktif atau mudah bereaksi dengan unsur lain. Kereaktifan meningkat dari atas ke bawah (dari litium ke fransium). Kereaktifan logam alkali berkaitan dengan energi ionisasinya yang rendah, sehingga mudah melepas electron terluarnya. Sifat logam unsur alkali dari atas ke bawah pada tabel periodik cenderung bertambah. Sifat ini terkait dengan kecenderungan atom unsur alkali melepas elektron. Hampir semua senyawa logam alkali bersifat ionic dan mudah larut dalam air. Unsur alkali tidak ada yang terdapat di alam dalam bentuk unsurnya, biasanya bergabung dalam mineral yang larut dalam air, misal NaCl (natrium klorida). Unsur alkali terdapat dalam senyawaan alam sebagai ion uni-positif (positif satu).


2.4         Senyawaan dan Reaksi Unsur Alkali dengan Unsur Lain

a.    Senyawaan Unsur-unsur Golongan 1A (Logam Alkali)

1.    Senyawaan biner
Logam-logam bereaksi langsung dengan sebagian unsur-unsur mengasilkan senyawaan biner atau asilasi. Sebagian besar diperikan untuk unsur yang tepat. Seperti reaksi berikut:
M2O + H2O = 2Li+ + 2OH-
M2O2 + 2H2O = 2Li+ + 2OH- + H2O2
2MO2 + 2H2O = O2 + 2Li+ + 2OH- + H2O2

2.    Hidroksida
Hidroksidanya putih merupakan padatan kristal NaOH yang menyerap air. (titik leleh 3180) dan KOH (titik leleh 3600). Padatan dan larutan akuanya menyerap CO2 dari atmosfer. Litium hidroksida digunakan dalam penerbangan pesawan Apollo 11 ke bulan untuk menghilangkan karbondioksida yang dikeluarkan oleh nafas astronot, dari atsmosfer kapsul:
2LiOH + CO2               Li2CO3 + H2O

3.    Garam-garam ionik
Garam-garam dari semua asam telah diketahui bahwa biasanya tidak berwarna, berbentuk Kristal, padatan ionik. Sifat-sifat sejumlah senyawaan litium berbeda dari senyawaan unsure dalam golongannya, namun mirip dengan senyawaan Mg2+. Banyak sifata anomaly timbul dari ukuran Li+ yang paling kecil dan pengaruhnya dalam energy kisi. Telah diketahui bahwa LiH stabil sampai kira-kira 900° sedangkan NaH terdekomposisi 350°. Li3N stabil sedangkan Na3N tidak terdapat pada 250°. Litium hidroksida terdekomposisi pada warna nyala merah menjadi LiOH, sedangkan hidorksida lainnya dalam segolongan tersublimasi tanpa mengalami perubahan warna. Litium hidroksida dapat dianggap kurang larut dibandingkan hidoroksida dalam golongannya. Pada karbonatnya yaitu Li2CO3, secara termal kurang stabil relative terhadap Li2O dan CO2 daripada karbonat logam alkali yang lain. Kelauratn Li+ mirip dengan Mg2+ karena mereka memiliki kemirirpan unsur dalam diagonalnya.
Garam-garam alkali dicirikan oleh titik leleh yang tinggi, oleh hantaran listriknya, dan kemudahannya larut dalam air. Ion Li+ mempunyai energy hidrasi yang besar dan sering kali terjadi hidrasi dalam padatan garamnya bila garam-garam yang sama dari unsure segolongannya tidak terhidrasi. LiClO4. 3H2O. pada garam-garam asam kuat, garam Li biasanya paling tidak larut dalam air diantara garam dala segolongannya,sedangkan bagi asam-asam lemah garam Li biasanya kurang larut daripada garam-garam unsure lasinnya.

Natrium klorida adalah salah satu dari zat-zat mineral yang paling penting. Garam digunakan dalam industri susu, pengolahan kulit, pengawetan daging dan ikan, dan regenerasi alat untuk mengurangi kesadahan air. Dalam industri kimia, natrium klorida merupakan sumber logam natrium, gas klor, natrium hidroksida, asam klorida, natrium karbonat, natrium sulfat, dan senyawa-senyawa natrium lainnya.
Natrium hidroksida, yang dihasilkan melalui elektrolisis NaCl(aq) digunakan dalam pembersihan minyak tanah daan dalam pembuatan sabun, tekstil, plastik, dan bahan kimia lainnya. Natrium sulfat diperoleh baik dari sumber alam maupun dari proses yang dirancang oleh Glauber J.R. (1640 – 1670)
H2SO4(aq. pekat)  + 2 NaCl(p)      Δ        Na2SO4(p) + 2 HCl(g)
Natrium karbonat (soda abu) digunakan secara luas, terutama dalam pembuatan kaca.


4.    Solvasi dan pengkompleksan kation-kation alkali
Untuk kation-kation pada golongan alkali ini, solvasi harus ditinjau dari dua segi. Yaitu pada lapisan pertama hidrasi primer yang sejumlah pelarutnya langsung terkoordinasi dan bilangan solvasi yaitu jumlah molekul pelarut ion yang memebrikan pengarun yang cukup besar. Namun yang terpenting adalah pada lapisan hidrasi primer.
Pada Li+, lapisan hidrasi primer dari empat molekul air yang tersusun secara tetraherdral diamati dalam bentuk garam Kristal dan mungkin terdapat dalam larutan, gaya-gaya elektrostatis yang bekerjan dibawah lapisan hidrasi primer dan mengikat lapisan-lapisan molekul air. Batas dari hidrasi sekunder dapat dilihat secara terbalik dengan ukuran kation saja. Sehingga bila jari-jari Kristal bertambah, bilangan hidrasi total, jari-jari hidrasi, dan energy hidrasi semuanya turun. Apabila jari-jari berkurang, mobilitas ion akan bertambah.

b.   Reaksi Unsur Alkali dengan Unsur Lain

Logam alkali merupakan unsur logam yang sangat reaktif dibanding logam golongan lain. Hal ini disebabkan pada kulit terluarnya hanya terdapat satu elektron dan energi ionisasi yang lebih kecil dibanding unsur golongan lain. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, kereaktifan logam alkali makin bertambah seirng bertambahnya nomor atom.
1.    Reaksi dengan Air
Produk yang diperoleh dari reaksi antara logam alkali dan air adalah gas hidrogen dan logam hidroksida. Logam hidroksida yang dihasilkan merupakan suatu basa kuat. Makin kuat sifat logamnya basa yang dihasilkan makin kuat pula, dengan demikian basa paling kuat yaitu dihasilkan oleh sesium. Reaksi antara logam alkali dan air adalah sebaga berikut:
2M(s) + 2H2O(l)                   2MOH(aq) + H2(g) (M = logam alkali)
Reaksi antara logam alkali dengan air merupakan reaksi yang eksotermis. Li bereaksi dengan tenang dan sangat lambat, Natrium dan kalium bereaksi dengan keras dan cepat, sedangkan rubidium dan sesium bereaksi dengan keras dan dapat menimbulkan ledakan.

2.    Reaksi dengan Udara
Logam alkali pada udara terbuka dapat bereaksi dengan uap air dan oksigen. Untuk menghindari hal ini, biasanya litium, natrium dan kalium disimpan dalam minyak atau minyak tanah untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara.Litium merupakan satu-satunya unsur alkali yang bereaksi dengan nitrogen membentuk Li3N. Hal ini disebabkan ukuran kedua atom yang tidak berbeda jauh dan struktur yang dihasilkanpun sangat kompak dengan energi kisi yang besar.
Produk yang diperoleh dari reaksi antara logam alkali dengan oksigen yakni berupa oksida logam. Berikut reaksi yang terjadi antara alkali dengan oksigen
4L   +  O2               2L2O             (L = logam alkali)
 
Pada pembakaran logam alkali, oksida yang terbentuk bermacam-macam tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia. Bila jumlah oksigen berlebih, natrium membentuk peroksida, sedangkan kalium, rubidium dan sesium selain peroksida dapat pula membentuk membentuk superoksida.

Persamaan reaksinya
Na(s) + O2(g)          Na2O2(s)
L(s) + O2(g)                 LO2(s)            (L = kalium, rubidium dan sesium)

3.    Reaksi dengan Hidrogen
Dengan pemanasan logam alkali dapat bereaksi dengan hidrogen membentuk senyawa hidrida. Senyawa hidrida yaitu senyawaan logam alkali yang atom hidrogen memiliki bilangan oksidasi -1.
2L(s) +   H2(g)                  2LH(s)                 (L =  logam alkali)    

4.    Reaksi dengan Halogen
Unsur-unsur halogen merupakan suatu oksidator sedangkan logam alkali merupakan reduktor kuat. Oleh sebab itu reaksi yang terjadi antara logam alkali dengan halogen merupakan reaksi yang kuat. Produk yang diperoleh dari reaksi ini berupa garam halida.
2L  +  X2               2LX            (L = logam alkali, X = halogen)
5.    Reaksi dengan Senyawa
Logam-logam alkali dapat bereaksi dengan amoniak bila dipanaskan dan akan terbakar dalam aliran hidrogen klorida.
2L + 2HCl            LCl   +  H2
2L + 2NH3           LNH2 +  H2     ( L = logam alkali)

2.5         Jenis Ikatan Logam Alkali

a.    Ikatan Ionik
Jenis ikatan yang terjadi pada senyawaan alkali adalah ikatan ionik karena alkali merupakan unsur-unsur logam sehingga ketika berikatan dengan unsur nonlogam maka ikatannya ionik. Ikatan ionik adalah ikatan yang terjadi antara atom yang memiliki energi ionisasi kecil (atom-atom logam) dengan atom yang memiliki afinitas elektron besar (atom-atom nonlogam).
Misalnya ikatan ionik pada Natrium klorida
NaCl(aq)             Na+(aq)+ Cl- (aq)
Natrium (2,8,1) memiliki satu elektron lebih banyak dibandingkan struktur gas mulia (2,8). Jika natrium tersebut memberikan kelebihan elektron tersebut maka natrium akan menjadi lebih stabil. Klor (2,8,7) memiliki satu elektron lebih sedikit dibandingkan struktur gas mulia (2,8,8). Jika klor tersebut memperoleh satu elektron dari tempat yang lain maka klor juga akan menjadi lebih stabil. Jika atom natrium memberikan satu elektron ke atom klor, maka keduanya akan menjadi lebih stabil.
b.   Ikatan Logam
Selain itu, ikatan yang terjadi pada unsure-unsur logam alkali sendiri terdapat ikatan logam. Perlu diingat kembali bahwa unsur logam memiliki sedikit electron valensi. Oleh karena itu, kulit terluar unsure logam relative longgar (terdapat banyak tempat kosong), sehingga electron dapat berpindah dari satu atom ke atom yang lain. Mobilitas electron dalam logam sedemikian bebas, sehingga electron valensi logam mengalami delokalisasi, yaitu keadaan dimana electron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lain. Electron electron valensi tersebut berbaur sehingga menyerupai awan atau lautan yang membungkus ion ion positif logam di dalamnya. Jadi, struktur logam dapat dibayangkan sebagai ionion positif logam didalamnya. Jadi, struktur logam dapat dibayangkan sebagai ion ion positif yang di bungkus oleh awan atau lautan electron valensi. Logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga memberikan kesan kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya.
Ikatan logam mudah dipahami dengan memberi teori orbital molekul ini. Misalnya pada logam Li memiliki susunan elektron 1s2 2s1. Elektron 1s2  terdapat dalam orbital yang terarah (localized) sedangkan elektron dalam 2s1 terdapat pada orbital tidak terarah (delocalized). Elektron 2s inilah yang akan membentuk ikatan.
Bila dua atom Li mendekat, orbital atom 2s akan bergabung dengan orbital atom 2s dari atom lain membentuk dua orbital molekul, yaitu orbital molekul bonding dan anti bonding. Bila atom ketiga mendekat, terbentuk tiga orbital molekul, dan seterusnya. Jadi jumlah molekul sama dengan jumlah atonya. Bila N atom litium bersatu, terbentuk N orbital molekul dengan energi berbeda-berda yang membentuk pita energi, dengan distribusi energi yang kontinyu.
Gambar Pembentukan Pita energy pada litium
Dalam Litium, Elektron-elektron yang berasal dari orbital 2s kedua atom Li, akan menempati orbital molekul bonding, sedangkan pada orbital molekul antibonding tidak terdapat elektron. Pada pembentukan molekul Li3, terdapat 1 orbital molekul bonding yang berisi 2 elektron, 1 orbital molekul nonbonding dimana terdapat sebuah elektron dan 1 orbital molekul antibonding yang masih kosong. Pada pembentukan molekul Li4, terdapat 2 orbital molekul bonding yang masing-masing berisi 2 elektron dan 2 orbital molekun antibonding yang masih kosong. Proses ini dapat diperluas ke atom yang ke N, meliputi seluruh atom dalam kristal Li. Hal ini mengakibatkan dihasilkan orbital molekul sejumlah N, yang mempunyai perbedaan energi. Sebagai akibatnya adalah bahwa N atom Li yang terdapat dalam kisi kristalnya akan memberntuk N/2 orbital molekul bonding dan N/2 orbital molekul antibonding. N/2 orbital molekul bonding yang terjadi mempunyai tingkat energi yang hampir sama dan menempati ruang yang sangat berdekatan sehingga menjadi kontinyu.
Baik kelompok orbital molekul antibonding, maupun kelompok orbital bonding yang kontinyu tersebut akan berupa pita. Pita terbentuk bila orbital-orbital 2s pada atom-atom Li membentuk orbital molekul dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.
Gambar pita valensi dan pita konduktor logam Li
Bagian dari pita 2s di mana terdapat elektron valensi disebut pita valensi dan tingkat energi tertinggi pada pita valensi disebut energi fermi EF. Dibagian atas tingkat fermi terdapat tingkat-tingkat energi yang masih kosong yang disebut pita konduksi, karena elektron dapat mengalir melalui pita orbital molekul tersebut.
Kesenjangan antara pita valensi dan pita konduksi yang disebut kesenjangan energi merupakan ukuran kemudahan suatu logam untuk menghantarkan listrik. Bila logam dihubungkan dengan sumber arus atau medan magnit, elektron yang berada disekitar tingkat fermi memperoleh tambahan energi yang menyebabkan tingkat energinya naik, sehingga dapat pindah kedalam pita konduksi yang masih kosong dan arus elektron listrik mengalir melalui pita konduksi tersebut.










BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Unsur Alkali memiliki titik leleh yang cukup rendah dan lunak, sehingga logam Alkali dapat diiris dengan pisau.
2.    Unsur Alkali sangat reaktif, sebab mudah melepaskan elektron agar mencapai kestabilan (konfigurasi elektron ion Alkali menyerupai konfigurasi elektron Gas Mulia).
3.    Kereaktifan logam alkali bertambah dari atas kebawah dalam satu golongan.
4.    Unsur alkali dapat bereaksi dengan air, udara, hidrogen, halogen, dan senyawa lainnya.
5.    Unsur alkali tidak ada yang terdapat di alam dalam bentuk unsurnya, biasanya bergabung dalam mineral yang larut dalam air.
6.    Rubidium, dan Cesium tidak dapat diperoleh dengan proses elektrolis karena logam-logam yang terbentuk pada anoda akan segera larut kembali dalam larutan garam yang digunakan.
7.    Unsur natrium merupakan unsuryang paling melimpah dari unsur-unsur alkali lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan wilkinson.1989.Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Syarifuddin, Nuraini.1994.Ikatan Kimia.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press



.



1 komentar: